Penulis: Bumb
Demensia
Mata terpejam mengingat
merapal ombak
hanyut pada sebuah gelombang
membuat waktu menentang arahnya
lentera yang kaugenggam
tak cukup menerangi ingatan seluruh hari
kini, aku hanya dapat berdiri di atas tumpukan kertas,
menginjak alfabet dan setengah logaritma
menghapus jejak-jejak huruf dan angka
wajahmu,
menyibak pesona terlantang
memanah biri-biri liar di kepalaku yang memakan
kenang dan sejumput ingatan
hadirmu bagai warta,
memberitahu bahwa kini kau ada
arloji besar berputar mengitari ruang ingatan
memaki sel-sel yang tidak cukup kuat bertahan
lembut pipimu,
berbenturan hangat dengan telapak tanganku yang berkeringat
bagai sundari, halus merdu beriringan mencarimu,
membakar satu-satu tragedi bisu
menyisakan tangis yang kian meringis
kerlip cahaya memberi bayangan pada dekapan jantung yang teriris
serupa cerutu yang terkikis habis,
terbuang bersama jubah-jubah yang membawa kisah
memori kini menjelma abu
mudah terbuang tersapu
mudah hanyut tersiram
belum saatnya aku lupa
namun demensia telah datang menyapa
mendekapku dengan erat
mendelik di setiap bilik
memaksa lepas ujung jemari yang berbalas
jemput aku
jemput ingatanku
yang hanya seluruh tentangmu
***
Layar
Perahu sedang berlayar
dengan panji-panji putih
meninggalkan pasir-pasir pantai yang mulai bersedih
dan dari hujan awan yang letih
beserta angin yang mendorong mengucurkan peluh-
yang begitu ringkih
riak ombak menyanyikan lagu perpisahan
mentari yang marah mulai memerah
langit yang cerah meredup di belahan bumi sana
selamat jalan
pergilah pelan-pelan
agar usahaku untuk lupa
juga perlahan-lahan
2020
0 Komentar