Penulis: Tsinta L. Muna
Sepucuk memo
Di bangunan terbuka itu,
Kau asik bercerita.
Suaramu menggema di telinga kanan kiriku.
Tak ada sekat dalam bangunan itu.
Namun suaramu tajam menusuk rongga telingaku.
Tak terlupa, selalu teringat.
Ah! Mungkin ini karena kau sudah menghipnotisku!
Matamu yang berbinar, senyummu yang merekah, pipimu yang ikut menjulang.
Itu yang lebih memberiku candu untuk selalu mengingatmu
Langit bergambar bintang dan bulan.
Menjadi teman berceritamu saat itu.
Masih ku ingat,
Kau bercerita tentang sepucuk hidupmu.
Hidup yang sederhana, bersama mimpi yang sempurna.
Kau tak banyak mau, kau tak banyak menggerutu.
Hidupmu indah, tak ada susah.
Hingga Semesta lebih menyayangimu.
Merenggutmu dari sanak saudaramu.
Memberimu keabadian yang takkan pernah kau dapatkan di planet bernama bumi ini.
Kini, segalamu memang tak dapat ku lihat, ku dengar, apalagi ku raba.
Namun, segalamu akan selalu dapat ku ingat, ku rasa, dan ku peluk dari jauh.
Berbahagialah selalu di tempat barumu.
Akan ku jaga segala memo tentangmu, tentang temu singkat antara aku dan rembulanku.
0 Komentar