TARIK NAFAS!
“SIM-PAN”
Hembuskan..
Wahai hadirin sekalian…
Pementasan telah tiba!
Aku serahkan ragaku menyambut-Nya
Aku lupakan siapa diriku
Aku tengatkan masalah hidupku
Dan aku luapkan semua tangisanku
“DI ATAS PANGUNG”
Dalam tubuh ini
Aku berbekal sebongkah wujud
Mereka adalah kawan-kawanku
Kadang mereka menjelma warga kampung nan binal,
mendengar desahan Zus.
Kadang sikapnya seanggun Nora,
yang muak dengan kemapanan.
Namun kami tetap tertawa,
Kami gunakan sisi bilah bibirku untuk tertawa.
Tertawa hingga:
“BER…
BERRR…
BAHAGIAAAA?”
Namun, di atas pangung pementasan
Kami hanyalah:
BATU!
PADI
DUPA-DUPA…
“HINGGA TAK BERUPA”
Dan aku serahkan semua itu
“SEMUANYA”
Demi menyambut megahnya ibadah pentas
Ketika kami mengakhiri sandiwara
Betapa sedapnya mendengar kicauan tangan yang bergemuruh
Aku seperti menikmati kegaduhan ini
Aku benar menikmatinya,
Sembari menengadahkan tangan,
dan bersembah tekuk di hadapan hadirin.
“BEGINILAH AKU, DENGAN WUJUD PALING SEMPURNA”
0 Komentar