Penulis: Suden
Mega Ayu kekasihku.
Bersama surat ini kusampaikan rindu kita yang hilang di Gelanggang Sudirman.
Tepat pada rayuan sore aku untai kata untukmu. Pada rasa kasih yang naif, serta buaian pagimu yang sempat hilang.
Mega ayu, setiap sore merekah kota lengkap pada gempita.
Sedang wanita sepertimu hanya lalu lalang semata nan jauh dari harapan.
Seperti setiap lentera kota, tubuhmu selalu kupuja dan rupamu yang kemayu lihai di mataku yang sayu. Bila puan tak akuinya, jamahlah jemariku, bibir ini merah kau goda selalu.
Kemayuku Mega Ayu…
Ketahuilah pada eloknya sudirman, aku seorang diri tak berarti.
Sedang engkau yang kunanti lenyap dimakan magrib.
Namun sebagaimana kota, wanita sepertimu masih menggoda bagiku.
Sedang tiap menikmati keindahanmu sungguh hilang imanku.
Puan kemarilah, selalu saja kuharapkan pada sebuah hari dimana kita dapat bersua.
Dimana perasaan cinta dikesampingkan hanya ada tawa renyah yang hinggap dalam sebuah percakapan.
Sedang tiap sore engkau sedap berlagu dengan hujan.
Mengharapkan lelaki sepertiku ini lenyap pada sapuan jingga.
Puan, di tengah kejamnya kota masih adakah jatah rindu untuku?
Namun, mengapa mesti kesana. Toh... Sudirman masih hangat untuk kau sapa.
Sedang lelakimu hanya ingar bingar kota yang semarak di tengah kemajemukan,
atau aku hanya Sudirman yang bias dari harapan.
0 Komentar