Monograf terbaru Robert Kunzendorf yang berjudul “On the Evolution of Conscious Sensation”, “Conscious Imagination”, dan “Consciousness of Self” berhasil memberikan perspektif baru yang ambisius dibanding para peneliti sebelumnya. Karya-karyanya tersebut mencerahkan evolusi kesadaran dengan mengungkap bukti baru dan interpretasi bukti lama untuk menciptakan perspektif yang sangat meyakinkan mengenai kesadaran. Bagi Kunzendorf, melalui proses perbaikan evolusi diri, sensasi dasar mengarah pada perkembangan imajinasi dengan tujuan untuk pengembangan kesadaran diri. Hipotesis yang ditawarkan pada tulisannya antara lain bahwa semua indera dasar manusia berasal dari nosiseptor dasar. Nosiseptor tekanan, kimia, dan panas berevolusi menjadi indera yang lebih kompleks tetapi masih menjaga keasliannya tersebut. Hipotesis lain yang ditawarkan yaitu bahwa imajinasi berevolusi pada hewan berdarah panas dengan ukuran otak yang besar yang digunakan sebagai alat penguji aturan persepsi dalam sistem saraf pusat. Di sini kita dapat mengatakan bahwa hewan dan manusia menggunakan citra visual untuk mempelajari aturan lingkungan mereka. Selanjutnya, hipotesis ketiga berkaitan dengan hipotesis sebelumnya, bahwa hewan berdarah panas, berotak besar, dan dewasa, lambat untuk mereka membedakan imajinasi. Oleh karena itu, tanpa kesadaran diri, hewan secara jelas tidak dapat membedakan sensasi yang imajinatif dengan sensasi yang dirasakan mereka. Kemudian, atas tiga hipotesis di atas, Kunzendorf memberikan konklusi bahwa pengalaman subjektif manusia tidak bersifat epifenomenal, tetapi berdampak langsung pada perkembangan evolusi kita sendiri.
Pikiran dan perasaan manusia, pengalaman subjektif kita, memiliki makna lain yang bukan hanya sekadar produk dari stimulus fisik yang tidak terkendali. Penelitian Kunzendorf mengenai kesadaran ini sangat hati-hati dan memberikan argumen-argumen yang logis, sehingga para pembaca karyanya akan kesulitan untuk memberikan kritik untuk tulisannya. Bahkan sejauh ini, hipotesisnya tersebut sangat kuat, dan belum terdapat falsifikasi yang baik dalam penelitiannya tersebut. Mungkin, seiring waktu berjalan, hipotesisnya tersebut akan disesuaikan, diubah, atau bahkan digulingkan. Tetapi, Kunzendorf sendiri mengatakan bahwa nilai aksiomatik hipotesis evolusi hampir tidak mungkin untuk dilakukan, mengingat bahwa semua hipotesis yang diajukan untuk bersaing dengan hipotesis lain harus dapat dibuktikan salah terlebih dahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Kunzendorf ini memiliki potensi yang sangat kuat untuk memicu perubahan transendental dalam konseptualisasi kesadaran hewan dan manusia.
Term pada evolusi kesadaran dapat dikatakan anomali. Kesadaran dengan kata dasar “sadar”, bermakna tindakan yang terjadi dengan pengetahuan. Dengan memaknai kesadaran seperti itu, ini berarti bahwa kesadaran bukan hasil fenotipik evolusi, melainkan fakta dasar yang menjadi dasar dari perkembangan evolusi itu sendiri. Jika ternyata bentuk kehidupan yang dijalani saat ini didominasi oleh sistem yang dapat mendeteksi lingkungan karena variabel yang diwariskan mayoritas bergantung pada sistem visual, maka kesadaran benar-benar berevolusi. Tetapi, hal ini balik lagi kepada pembahasan lain yang berhubungan dengan evolusi yang berpusat pada gen. Perlu diketahui bahwa sistem visual dengan adaptasi yang cukup baik membutuhkan lebih dari sekadar kapasitas yang ditawarkan oleh genetik, tetapi hal ini membutuhkan proses perkembangan yang mendorong perkembangan dalam fenotipik; stimulasi, pertumbuhan, serta sistem saraf perifer dan pusat. Contoh, jika mata anak kelinci dijahit tertutup pada perkembangan awal, anak kelinci tersebut tidak akan pernah mengembangkan sistem visual normal. Pembahasan evolusi memang sangat kompleks, untuk menuju pada evolusi kesadaran, banyak elemen lain yang perlu disadari, sebab elemen tersebut akan berelasi dan mengambil titik akhir kesimpulan dalam mengetahui evolusi kesadaran dengan baik, bahkan akan lebih baik lagi jika kita mampu memahami serta memberikan argumen terbaik yang dapat mengubah atau menambahkan berbagai bentuk argumen sebagai cakrawala baru dalam evolution of consciousness ini.
REFERENSI
https://thisviewoflife.com/the-evolution-of-consciousness-enables-conscious-evolution/, diakses pada 21/2/2022.
K. Frost, Jonathan. 2016. Book Reviews: A Notice to Readers.
Kunzendorf, R. G. (1987). Self-consciousness as the monitoring of cognitive states: A theoretical perspective. Imagination, Cognition and Personality, 7(1), 3-22.
Kunzendorf, R. G., & Wallace, B. (Eds.). (2000). Individual differences in conscious experience (Vol. 20). John Benjamins Publishing
0 Komentar