●
Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat eksploratif dan potensial, karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia dikatakan makhluk yang potensial karena dalam diri manusia di setiap individu sudah tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara nyata. Sejak di mulainya kehidupan yaitu saat terjadinya penyerbukan terhadap ovum manusia, individu tersebut telah mengalami perubahan secara teratur. Perubahan tersebut dianggap sebagai perbesaran dan lazim disebut sebagai pertumbuhan. Pertumbuhan adalah sebuah proses yang berkesinambungan, mulai dari keadaan paling sederhana sampai pada keadaan yang kompleks. Hal ini disebabkan karena manusia terus menerus mengalami pertumbuhan melalui urutan-urutan yang teratur.
Pertumbuhan mencakup dua aspek yaitu perubahan kuantitatif dan perubahan kualitatif. Perubahan kuantitatif mencakup “division” dan perbanyakan kromosom, sel-sel, penambahan jumlah seperti gigi, rambut, pembesaran materil jasmaniah. Sedangkan perubahan kualitatif adalah perubahan struktur secara fisiologis yang dapat menyebabkan adanya perubahan emosional. Perkembangan manusia merupakan proses kompleks yang dapat dibagi menjadi tiga ranah utama, yaitu: perkembangan fisik, intelektual yang termasuk kognitif dan bahasa serta sosial yang di dalamnya juga termasuk perkembangan moral.
Perkembangan merupakan perubahan yang progresif dan continue (berkesinambungan) dalam diri manusia dari setiap individu yang dimulai sejak lahir sampai mati. Dalam Papalia, Olds, dan Feldman (2009) disebutkan bahwa perkembangan manusia adalah studi ilmiah tentang pola-pola perubahan dan stabilitas di sepanjang rentang kehidupan manusia. Hal itu menunjukkan bahwa manusia mengalami perubahan dalam beberapa hal. Akan tetapi, ada pula hal-hal yang cenderung menetap, seperti temperamen dan kepribadian. Perkembangan bersifat sistematis, artinya perkembangan bersifat berkesinambungan dan terorganisir (Papalia dkk, 2009). Dan, Perkembangan juga bersifat adaptif, artinya perkembangan terjadi untuk menghadapi kondisi-kondisi dalam kehidupan.
Ciri umum dari perkembangan salah satunya yaitu terjadinya perubahan dalam aspek fisik (perubahan berat badan dan organ-organ tubuh) dan aspek psikis (kemampuan berpikir, mengingat, dan berkreasi). Serta muncul tanda-tanda baru, tanda-tanda fisik seperti pergantian gigi dan karakter seks pada usia remaja) tanda-tanda psikis seperti berkembangnya rasa ingin tahu tentang pengetahuan, moral, interaksi dengan lawan jenis, dll).
Tahap perkembangan secara umum terbagi menjadi 3:
1. Tahap perkembangan fisik
Manusia terdiri dari fisik dan psikis. Perkembangan fisik tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks. Kuhlen dan Thompson mengatakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem saraf yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan kecerdasan dan emosi, otot yang memiliki pengaruh perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik, kelenjar endoktrin yang menyebabkan munculnya pola tingkah laku baru, dan struktur fisik atau tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proporsi. Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan selanjutnya.
Tahap perkembangan fisik yaitu:
a. Laki-laki
• Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun)
• Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 – 15 tahun)
• Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun)
• Pembesaran penis (11 – 14,5 tahun)
• Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (sama dengan pembesaran penis)
• Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (dua tahun setelah rambut pubis)
• Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
b. Perempuan
• Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)
• Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)
• Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)
• Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 thn)
• Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
• Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
2. Perkembangan kognitif
Kognisi merupakan kemampuan berpikir dalam menggunakan otak. Perkembangan kognisi berarti perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan otaknya. Pada perkembangan kognitif, anak mulai mengembangkan kemampuan untuk berpikir, belajar dan mengingat. Dunia kognitif anak pada usia ini adalah kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi dapat berkembang sepanjang waktu, dan pada tingkat ini anak sudah dapat meningkatkan penggunaan bahasa dengan menirukan perilaku orang dewasa.
Tahap perkembangan kognitif, yaitu:
a.Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun)
Tahap ini berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira berumur 2 tahun. Selama tahap ini perkembangan mental ditandai dengan perkembangan pesat dengan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Pada akhir tahap ini ketika anak berusia sekitar 2 tahun, pola-pola sensorik-motoriknya semakin kompleks dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitive.
b.Tahap Preoperasional (2-7 tahun)
Tahap kedua ini berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini konsep-konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta telah terbentuk keyakinan terhadap hal-hal yang magis. Pemikiran praoperasional merupakan tahap awal dari pemikiran operasional. Pemikiran praoperasional merupakan kemampuan awal anak untuk merekonstruksi pemikiran pada level yang telah ditetapkan dalam tingkah laku.
c.Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Pemikiran anak-anak pada usia 7-11 disebut pemikiran operasional konkret (concrete operational thought). Pada tahap operasional konkret sudah mengembangkan pikiran logis dan mulai mampu memahami operasi sejumlah konsep. Mereka memahami alam sekitarnya tanpa terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indra. Mereka mulai mampu membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya juga antara yang bersifat sementara dengan yang bersifat menetap.
Proses penting selama tahapan ini adalah:
1. Pengurutan; kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
2. Klasifikasi; kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, karakteristik dan gagasan.
3. Decentering; kemampuan anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk memecahkannya.
4. Reversibility; kemampuan anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
5. Konservasi; kemampuan memahami kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
6. Penghilangan sifat egosentrisme; kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
d.Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)
Tahap perkembangan kognitif yang dimulai kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap ini anak sudah mulai berpikir abstrak dan hipotesis. Pada masa ini anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak. Remaja juga telah mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan masalah. Mereka juga memiliki kemampuan berpikir alternatif, sehingga kemungkinan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi lebih beragam.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi serta meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Perkembangan ini dipengaruhi oleh biologis seseorang dan lingkungan sekitarnya. Menurut Potter dan Perry dalam buku “Fundamentals of Nursing 7th Edition,” 2009, terdapat beberapa teori perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya Sigmund Freud, Erik Erikson, dan Robert Gould.
Tahap perkembangan psikososial atau sosial, yaitu:
a. Kepercayaan vs ketidakpercayaan (lahir sampai usia 1 tahun)
Tahap ini merupakan tahap terjadinya pembangunan rasa kepercayaan terhadap bayi/balita. Pemberian pelayanan yang konsisten diperlukan agar mencapai keberhasilan pada tahap itu.
b. Otonomi vs rasa malu dan ragu (usia 1 sampai 5 tahun)
Pada tahap itu, pertumbuhan pada balita lebih disempurnakan pada aktivitas kesehariannya, seperti berjalan dan aktivitas di kamar mandi. Balita akan diberikan pilihan aktivitas yang berkaitan dengan hubungan, keinginan, dan alat bermain.
c. Inisiatif vs rasa bersalah (usia 3 sampai 6 tahun)
Pada tahap ini, anak-anak mulai mencoba hal baru dan berfantasi. Keterbatasan dalam mencapai hal tersebut dapat menimbulkan frustrasi dan rasa bersalah. Sehingga diperlukan kerjasama dengan anak-anak atas tingkah laku mereka agar tidak menghambat perkembangan anak dan dapat memberikan tujuan yang sesungguhnya kepada anak-anak.
d. Industri vs inferioritas (usia 6 sampai 11 tahun)
Pada tahap ini, anak-anak mulai mempelajari alat- alat produktif dan belajar bekerja sama dengan kelompok seusia mereka. Untuk menciptakan keterampilan terhadap hal-hal yang baru dipelajari, mereka membutuhkan dukungan agar terciptanya pencapaian yang nyata dari hasil kerja mereka. Sedangkan jika tidak adanya dukungan, anak-anak akan membangun rasa rendah diri.
e. Identitas vs kebingungan peran (pada masa pubertas)
Pada tahap ini, para remaja akan mengubah cara hidupnya dalam masyarakat sebagai individu yang bebas. Sehingga dalam prosesnya akan menimbulkan tuntutan dan konflik dengan perkembangan identitas diri dan pemisahan diri dari keluarga.
https://core.ac.uk/download/pdf/53036876.pdf
Hurlock, Elizabeth B, Developmental Psychology, Terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga, 1980
Piaget, Jean dan Bärbel Inhelder (1969), The Psychology of The Child, London: Routledge & Kegan Paul)
Nurhayati, N. (2019). PERKEMBANGAN INDIVIDU. Jurnal Teknologi Pendidikan Madrasah, 2(1), 26–46.
PAUD4104-M1.pdf. (n.d.). Retrieved September 15, 2020, from http://repository.ut.ac.id
0 Komentar