⤶
Sekadar Kalimat Ugal-ugalan
Puisi-puisiku tidak pantas terbit
Bukan kataku, kata media yang takut pada olirgaki
Kuvonis ratusan hari tak boleh ke mana-mana
Aku tidak mengapa jika masuk ruangan bunuh diri
Duduk di kursi setrum, jika aku kalah
Penjarakan saja kalimatku
Seperti kematianku yang prematur, terlalu kecil untuk aku yang membela rakyat yang ditelanjangi pakai ITE
Tertulis yang Tak Terbaca
Tintaku habis, namun satu abad aku menulisnya tak pernah jadi cerita
Bagaimana kamu membawa asmaraloka ke tempat jiwaku yang hampir mati karena suaramu tidak pernah terdengar lagi?
Bagaimana nasib tokoh utama yang hampir patah tangan menulis yang nyaris gila membayangkan segaris tatapan
Jika diizinkan, maka – biarlah peristiwa tentang kita terukir
Yang menyusun aksaranya hanya memenuhi beranda layar kaca
Di papan jalanan yang aku acak-acak untuk menyelipkan kata-kata romantisasi
Aku perkenalkan senandika – untukmu, hanya kepadamu
Kini kembali berantakan – karena berdebu tak pernah kau baca
Sampai aku menjadi abu.
Dan mencintaimu, tak pernah sederhana seperti tidak menggegam yang tamat
0 Komentar