Ulang Tahun Kenangan dan Pesta Pemakaman

Selama ribuan menit usai kamu undur diri, saya menjalani waktu yang bergerak lamban. Sedemikian rupa, tanpa keseimbangan seakan bumi meninggalkan poros. Gravitasi seperti lenyap, saya tidak bisa lagi mengorbit dirimu (kalimat ini menggelikan).

Barangkali sudah lupa, perkenalkan ini saya; perjalanan pendek yang pernah kamu tempuh. Seorang pemuja yang mungkin setelah ini akan melupakan bahwa:

“Kerjap matamu memperlihatkan kepada saya betapa keindahan bersifat nyata, dan betapa kalimat dari pembicaraanmu mampu membuat saya meyakinkan diri bahwa kamu bukanlah pilihan yang salah. Acap kali saya mendapat keraguan, bahwa masa depan kita mungkin tidak akan mudah untuk diusahakan. Namun, entah mengapa, saya selalu menilai keberadaanmu sebagai bentuk terpenting sebuah dukungan.

Bersamamu, segala keruwetan, kebimbangan dan kesulitan yang saya rasakan dapat disederhanakan menjadi kebulatan tekad bahwa kamu adalah sebaik-baiknya tujuan. Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya merasakan ada yang benar-benar diperjuangkan. Melihatmu membuat saya bercermin pada keadaan, adalah tidak bijak jika membawamu pada posisi serba sulit di masa depan. Oleh karena itu, tanpa menunggu ijinmu, saya mencari banyak kesempatan, mengambil lebih banyak pekerjaan dan lebih hemat dalam pengeluaran. Dalam hal ini, saya tidak pernah memberitahumu, tidak ingin terlihat menggelikan di depanmu. 

Dalam diam saya berharap kau merestui saya untuk lebih sibuk dan banyak kerja, saya tidak ingin membawamu pada kehidupan yang banyak mengalami kesulitan di masa depan, sebab membayangkannya saja saya tak tega. Kamu mungkin merasakan kesepian, namun percayalah bahwa di tengah kesibukan itu, saya selalu mencita-citakan kebahagiaan, semoga di hari esok bisa selalu bersamamu tanpa gangguan. Itulah mengapa bagi saya kerja 16 jam sehari bukanlah beban, sebab kamu layak untuk semua pengorbanan. Saya bukan pria yang memiliki segalanya. Supaya dapat menyandingmu, saya akan mencoba satu-satunya cara paling logis, yakni berjuang esktra. Semoga dengan kerja keras itu, kelak kita hidup sejahtera. Dalam hal ini, saya tidak pernah memberitahumu, tidak ingin terlihat menggelikan di depanmu.

Tertawakanlah saya yang bahkan belum bisa membelikanmu jajanan di pinggiran jalan, atau membayar semua yang kamu makan di angkringan, apalagi membelikanmu hadiah mewah nan tak terlupakan. Bukan maksud saya untuk bersikap pelit, namun saya juga tidak ingin berkata jujur bahwa saya sedang berusaha hemat dengan beragam cara, makan nasi sayur tiap hari dan merokok dengan lintingan tembakau murah. Saya ingin menabung dan investasi lebih banyak, membangun sedikit demi sedikit aspek yang akan berguna jika kita berumah tangga. Semoga dengan usaha itu, kelak kita hidup makmur-sentosa, memiliki banyak waktu untuk berdua dan mendidik keturunan kita. Dalam hal ini, saya tidak pernah memberitahumu, tidak ingin terlihat menggelikan di depanmu. 

Nanti, saat semua usaha saya telah membuahkan hasil, sepenuhnya akan menjadi milikmu. Anggaplah sebagai penebusan karena di saat-saat awal hubungan kita saya tidak dapat memberikan apa-apa. Kamu tiba saat kehidupan saya sedang rendah-rendahnya, terima kasih sudah mau menerima. Namun, saya tidak akan menceritakan seluruh proses perjuangan itu. Seluruh lelah, letih, dan tekanan-tekanan akan saya selesaikan sendirian. Bukan tidak ingin bercerita atau melibatkanmu, bagi saya ketenangan pikiranmu sangat berharga, saya tidak ingin membebani atau mengganggunya. Dalam hal ini, saya tidak pernah memberitahumu, tidak ingin terlihat menggelikan di depanmu.

Kau selalu menanyakan beberapa hal tentang bagaimana masa depan kita akan berlangsung, tentang kapan dan bagaimana acara pernikahan kita, memilih hidup di kota atau justru tinggal di desa, kau suka menanyakan semuanya. Sedangkan saya tidak dapat menjawabnya, setidaknya untuk saat itu. Tidak bermaksud mengabaikan, saya tahu kamu membutuhkan validasi perasaan, namun semua jerih usaha saya juga masih belum membuahkan hasil yang diharapkan. Saya tidak ingin menjanjikan sesuatu yang belum pasti, sebab mengatakan janji yang belum dapat dipastikan terjadi adalah omong kosong. Dalam hal ini, saya tidak pernah memberitahumu, tidak ingin terlihat menggelikan di didepanmu.

Tertawakanlah saya karena menjawab pertanyaanmu dengan diam dan ketidakpastian, namun ketahuilah bahwa keinginan kuat saya untuk bersamamu adalah pasti. Entah apapun caranya saya pasti akan berjuang, kita pasti bersatu, pasti. 

Saya mendengar bahwa kamu ingin studi S2, maka lanjutkanlan, saya akan mendukung. Sembari menunggumu menyelesaikan studi, saya akan berjuang semakin giat. Harapan saya sederhana, semoga saat kamu wisuda S2, saya sudah selesai menyiapkan seluruh bekal untuk rumah tangga, sehingga kita tinggal menjalani saja.  Meskipun jika hasil usaha saya tidak banyak, semoga dapat mengurangi beban yang bisa saja muncul menjelang dan setelah pernikahan kita. Dalam hal ini, saya tidak pernah memberitahumu, tidak ingin terlihat menggelikan di depanmu. 

Belakangan itu, beberapa upaya saya mulai menunjukan hasil, meskipun belum sepenuhnya tetapi saya berdoa semoga ada kabar baik di hari-hari berikutnya. Di bagian utara Maguwo, sebidang rumah dan sepetak tanah mulai saya persiapkan, saya memilih lingkungan yang tenang karena kau tidak menyukai kebisingan, memilih dekat dengan perkotaan sebab kau tidak ingin meninggali wilayah pedesaan. Ukurannya memang tidak terlalu besar, namun seluas doa saya yang berharap agar kita rukun dan penuh keharmonisan. Dalam hal ini, saya tidak pernah memberitahumu, tidak ingin terlihat menggelikan di depanmu. 

Akhir-akhir kala itu, gerak-gerikmu entah mengapa terasa mencurigakan. Saya tidak tahu apa yang sebetulnya terjadi saat kau pulang ke kampung halaman, mungkin kau hanya sedang fokus dengan tugas akhirmu. Sedangkan saya mendadak blingsatan seolah akan terjadi peristiwa dalam waktu dekat, entah baik, atau buruk; saya tidak dapat menebaknya. 

Adalah saya yang sedemikian kaget saat kamu mendadak suka dengan astrologi, berkata bahwa weton dan shio kita tidak cocok satu sama lain. Mengapa? Adakah orang lain yang kau jumpai saat tidak berada di jangkauan saya? Siapa dia? Orang dari masa lalumukah? Teman masa kecil atau siapa? Mungkinkah kau sedang mencari-cari bahan sebagai alasan menyudahi saya? 

Seandainya kamu sudah tidak nyaman dengan hubungan kita, atau saya sudah bukan minatmu lagi, maka katakanlah. Saya tidak ingin mengurungmu dalam ketidaknyamanan. Jika saya bukan lagi orang yang bisa kamu sayangi, patahkanlah hati saya. Gakpapa. Sejak awal tujuan saya adalah memberikanmu kebahagiaan, jika kamu berpikir bahwa pada akhirnya akan menderita, maka saya hanya sudah gagal. Kau tidak pernah meminta apapun kepada saya, maka saat itu, apapun yang kamu minta akan saya kabulkan, sekalipun jika itu adalah perpisahan.

'Kita tidak perlu pacaran lagi' ujarmu pada pukul sebelas malam kala itu. Saya hanya dapat mengiyakan sembari meraba banyak kekurangan saya selama menjadi kekasihmu, berupaya menyetujui permintaan walaupun sebetulnya hati hancur tidak karuan. Wahai pembaca, semua ini bukan kesalahannya, salahkanlah saya karena tidak berhasil mewujudkan kenyamanannya, tidak berjuang lebih lebih keras, tidak berani menyakinkan hatinya, terlalu melihat ke depan namun mengesampingkan masa sekarang, dan terlalu sibuk hingga timbul padanya suatu kebosanan.

Usai kepergianmu, saya menjadi pemuda setengah waras, luntang-lantung kesana kemari dengan hidup tanpa tujuan. Tugas akhir mangkrak, kerjaan terbengkalai dan perasaan kacau, sekacau apa? sekacau mungkin. Di dalam jiwa ini, ada saya yang sakit, ingin menyerah tetapi juga ingin sembuh. Dua hari usai kepergianmu, saya menderita kelelahan ekstrim. Kamu adalah alasan saya bekerja sedemikian keras hingga tidak sempat merasakan lelah. Maka saat kau pergi saya kehilangan pemicu, mendadak berhenti, dan runtuh. 

Saya tidak ingin melakukan apapun, saya ingin tidur, tidur, sepanjang waktu, sebab kenangan adalah ancaman bagi kesadaran. Mengingatmu adalah bahaya bagi kewarasan.

Dua bulan usai kepergianmu, seluruh usahaku membuahkan hasil, memuaskan, lebih dari perkiraan. Seandainya kau masih di sini, saya pasti sangat berbahagia, sebab sejak awal semuanya didedikasikan untukmu. Alih-alih berbahagia, semua tampak tidak ada artinya. 

Empat bulan usai kepergianmu, kamu masih sekali waktu terbawa ke dalam mimpi, tampak sangat nyata seakan-akan masih benar-benar di sini. Berbagai metode melupakan tidak memberikan hasil. Mendatangi tempat yang pernah kita kunjungi, berharap bisa melihatmu. Seluruh upayaku untuk melupakanmu hanya menjadi metode untuk ingat tanpa sengaja. Saya berniat menyudahinya, namun tidak bisa. Sedangkan kau sudah bersamanya, lelaki yang tampak sangat dicintai olehmu, dengan tatapan penuh cinta yang belum pernah saya dapatkan darimu saat itu. Betapa beruntungnya dia. Adakah kata yang lebih hancur dari hancur, lebih kacau dari kacau? Jika ada, itu keadaan saya. 

Berbulan-bulan usai kepergianmu, saya putuskan memilih pekerjaan di tempat baru, bertemu lingkungan dan orang-orang baru, melepaskan segala hal, aset, dan posisi yang susah payah saya bangun dan siapkan untukmu, untuk kehidupan kita seandainya masih bersama. Perlahan saya mulai terbiasa, mulai percaya bahwa kau memang sudah menetapkan pilihan, tidak akan pernah kembali bahkan jika meminta tolong pada keajaiban. Saya dapat merelakan segala perihal tentang dirimu, termasuk segala kenangan yang, dulu, bagi saya, hampir mustahil untuk dilepaskan. Adapun semua hal, aset serta materi/imateri yang sudah saya usahakan dan dedikasikan untukmu, saya telah selesai membuang semuanya, tanpa sisa. Saya tidak ingin menjalani sisa hidup dengan tetap terbayang-bayang dirimu, itulah mengapa saya putuskan untuk memusnahkan seluruh hal yang berunsur kamu. Dengan begitu, menurut dugaan saya, saya akan benar-benar bisa melupakanmu. Saya tidak ingin memberikannya kepada orang baru yang datang di kemudian hari, sebab memberikannya hanya akan melukai hatinya, ibarat memberikan padanya sebuah boneka yang awalnya diniatkan untukmu”. 

Hari ini tepat setahun kepergianmu, saya sedang duduk di kedai kopi saat menulis tulisan ini sambil merayakan ulang tahun kenangan dan kepergianmu, sekaligus pesta pemakaman untuk segala memori dan tragedi perihal saya dan kamu. Pada hari ini pula saya sudah tidak lagi menunggu, sisa perasaan cinta saya sudah sepenuhnya habis, segala atribut yang berkaitan denganmu pada kehidupan saya dinyatakan sepenuhnya rampung. Semua telah berlalu. Tepat saat tulisan ini dirilis, saya membuka hati untuk orang baru. 

Ulang tahun selesai

Pemakaman usai

Saya pergi

Selamat tinggal. 

Dengan hal ini saya memberitahukan kepada semesta, terlihat menggelikan di depan pembaca.


/GC

Posting Komentar

0 Komentar